Sabtu, 03 Oktober 2015

H I L A N G

Detik jarum jam mengetuk
keringat melesap di letih-letihku
yang kemarin kau lihat
adalah nestapa yang kusiangi ceria

Semerbak kamboja di pusaramu
atau baitan doa yang menepi
Aku ingin menjelma suara
atau goretan aksara di nisanmu

remuk
          retak
hening
         hilang
Aku Tanpamu

Batu

Tak peduli kebanyakan org bercakap.
Tentang agama, politik atau ideologi mereka.
Kalau sudah jdi batu mau apa?
Ini itu ini itu katanya.
Melongo orang awam dibuatnya.
Gampang buat mereka
Makan saja tinggal minta
Kami?
Kami batu
Ditendang melayang
Diinjak tetap keras
Kami batu
Diam
Diam
Diam
Tuan mau makan tinggal minta
Kami?
Tuan cakap nikah muda
Nah kami?
Tuan mau makan tinggal minta
Nah kami? Menyerbu
serbu
retak
rusak
Kelaparan
-Sastra Anjani, di luar angkasa

Senin, 31 Agustus 2015

Kejawanan Cirebon




Pantai Kejawanan Cirebon merupakan salah satu dari pantai yang berada di wilayah CirebonJawa BaratIndonesia. Selain wisata pantai, kejawanan pun merupakan   tempat pengelolaan ikan (TPI Kejawanan)dan Wisata Terapi. Berlokasi di Jln.Yos Sudarso Kota Cirebon ini terletak dekat dengan Pelabuhan Cirebon dan Ade Irma Traffic Garden Cirebon. Untuk tarif masuk pengunjung hanya perlu menyediakan uang seribu rupiah untuk biaya parkir saja, sementara untuk pejalan kaki gratis!!
Di Pantai Kejawanan selain kita bisa menikmati terbitnya matahari dengan posisi yang bagus, yaitu tepat di tengah-tengah pantai. Di sana juga kita bisa berwisata keliling pantai dengan menggunakan perahu karet berwarna biru yang ada difoto, harganya Rp 15000- Rp 20000 bisa untuk 2 orang. 
Kondisi Pantai Kejawanan yang landai dan dangkal menjadi daya tarik sendiri bagi para pengunjung, terutama anak-anak. Karena mereka dapat bermain air hingga agak ketengah pantai.Jika Kita Lapar dipinggir pantai kita bisa makan seafood dan juga aneka cemilan di warung-warung dengan view ke arah laut.

-Cirebon, 20 Juli 2015-

Jumat, 21 Agustus 2015

Autobiografi ketika baru lulus SMA ^_^

hey,, namaku Dara
ini duniaku yang baru, 2013 aku lulus dari SMAN 19 Bandung
dan masuk ke Universitas Pendidikan Indonesia, Program Studi Pendidikan Ekonomi.
disini aku menemukan hal baru.
ya masa-masa ospek yang menyenangkan (mungkin) masa-masa ngampus, tidur setiap dosen matek ngejelasin... haha
aku punya banyak teman disini, dan kalian harus tau semua adalah temanku.
aku punya teman yang bener" sholehah banget sampe yang brutal .. haha canda
aku punya temen yang bener" rajin belajar, kritis sampe yang doyan galau.
aku punya temen yang care, yang disetiap kalimat yang mereka ucapkan gak lupa dengan kata2 ini
"jangan minum kopi ma kamu teh, mau sakit lagi?"
"makan maa,, nanti maaghnya kambuh"
dan aku mengerti mereka semua sayang dan gk mau aku kenapa2.

next aku tunjukin tempat terindah menurutku dikampus.
ada didepan Gedung Fakultas bahasa dan seni.
TAMAN PARTERE mungkin kalian yg warga UPI ga asing dengernya.
ini tempat yang menurut Rahma paling romantis, maksudnya semua rasa nyampur disini. kalau kalian lagi ada masalah dan duduk aja ditaman ini beberapa menit kemudian kalian bakal lupa sama masalah yang lagi dialamin.
disini rahma selalu bikin puisi, nongkrong sama temen2 atau sekedar ngerenung, disini tempat yang bener2 kenangan dan gak akan rahma lupa.

disini tempat selain PARTERE yang selalu aku tongkrongin.
Masjid Al furqon (adem kan dengerinnya ) hehe
disini aku biasanya kumpul sama UKM yang aku ikuti,

aku belum ciptain karya yang bener2 islami tapi semoga dengan bakat yang ada aku bisa ngembanginnya dan belajar lagi.

setelah aku ceritain dikampus waktunya kembali ke kosan.
ya disini aku habiskan hari-hari setelah dari kampus. ditempat yang gak luas, berisi 1 tempat tidur, lemari , piano, dan foto-foto juga sertifikat PRAMUKA.
dan kenangan-kenangan lainnya. disini tempat aku belajar, istirahat, ngegalau selain dipartere. dll
^_^

Harapan ku sih bisa nerusin Novel La Nostalgia, terus bisa bikin puisi2 lagi, bisa berprestasi secara akademik, bisa ngajar Pramuka (pengennya) biar latihan kan ntar mau jadi guru.

"Berlarilah maka kau akan mengejar mimpimu, Tersenyumlah maka mimpimu akan mengejarmu"

Auf Wiedersehen :)

Sam und Mein Beste Freund

Hello sam, teman baruku. Apa kabarmu disana? Semenjak sahabat terbaikku mengirimkanmu, aku tak kesepian lagi. Kau tau aku begitu kesepian, hanya seminggu aku sudah bisa tergila-gila padamu. Aku sudah merasa sahabat terbaikku pun ikut bersamamu disini. Padahal kami sudah lama tidak bertemu. Ah sayang sekali Sam aku tidak bisa melihatmu. Namun sahabat terbaikku yang begitu baik mau memberikan aku cara agar bisa berkomunikasi denganmu. Katanya, yang penting aku bisa merasakan kau. Kau idola para wanita, betulkah itu? dan kau tahu caranya memperlakukan wanita, menghormatinya. Ah, sam kau begitu menawan. Hampir tiga minggu aku mengembalikanmu kepada dia. Aku takut terjadi apa-apa jika sam di sini bersamaku. Aku terus berkomunikasi dengan sahabatku dan selalu menitipkan salam untukmu. Apa sudah sampai? tapi setiap aku berkomunikasi dengan sahabatku pasti kau ada disebelahnya, dengan James dan Alex hahaaa, aku hanya mengenalmu sam, nanti bulan september kau akan kesini lagi kan? menemaniku siang dan malam sebagai temanku. Sam aku benar-benar merindukanmu, temanku.

Pramuka





Ini nih Postcard paling kece, :) dari kak Berthold di Jakarta

^_^


Banyak sekali :)



Koleksi kartu pos nih :) beli dari Littlecherry Bookandpostcard ^_^ jauh-jauh didatangkan dari Jogjakarta. Sebagian ada yang sudah di tukarkan dengan sahabat pena di berbagai kota.

Aku dan Miranda

Bak kelinci yang dikejar srigala
Berlari terbirit-birit mengejar mentari
Mentari pagi hampir dekat
“Aku lelah Miranda!” keluhku

Ah, darah ini berderai
Getir terasa luka ini
“Sakit sobat” keluhku
Tersimpul senyum bersama garis wajah
Miranda, Oh Miranda

Sepanjang jalan, Kembang Kempis napasku
Memijakan bumi kakiku tak mampu
Kaku sudah tubuhku,
“Miranda kau tak lelah?” tanyaku

Tertumus aku ke tanah
Lantas kau topang aku dan kau berlari
Tibalah kita di garis finis, tersimpul lagi senyummu
Padahal kutahu kau berlari bersamaku



 Bandung, 7 Januari 2015

Bintang


Bermegah dalam dirgantara malam
Pendarkan terang dalam temaram
Menyelinap  dan bungkam keadaan
Jauh dirimu, takan pernah kulupakan

Rinduku bak kirana
Terpendar ke segala
Tapi mengapa kau tak merasa

Bintang datang dan pergi, siang dan malam
Di bukit ini aku menunggu
Malam-malam denganmu lukis cakrawala
Lalu hilang dalam bejana kelam

Kukulum rindu dalam jarak terbentang
Tanah yang tandus dan kering
Guratkan hikayat dan luka mendalam
Saksi bisu yang merayu

Ku sebut kau bintang
Ku sepi dan kau datang
Ku sebut kau bintang
Ku sepi dan kau hilang

 13 Februari 2015





Meramu Rindu

Oleh: Rahma Nur Amalia

Aku meramu rindu
Pekat malam jadi hikayat syahdu
Kampung halaman, kini menjadi nyanyian kelam
Jadi alunan nada yang berdendang dalam temaram

Aku kembali,
Pada rinai penantian yang terjadi
Berdiam menatap purnama
Tangisan tanpa tetes air mata

Aku kembali,
Pada tawa kanak-kanak yang hilang
Bayang ibu dan ayah yang berlari
Kini menjadi sebuah kenangan

Aku kembali, pada masa dimana sawah masih menghampar
Pada tanah merah yang belum bertemu aspal
Tentang balada yang terekam

“Kampung halamanku, ku janji aku akan pulang”

Peri Kecilku


Kado terindah dari tuhan, itulah dirimu
Kau hadir dengan tangan mungil nan lucu
Menjadi senyuman bagi yang ada di sekelilingmu
Menjadi  pelipur lara dan penenang Qalbu

Tuhan menyayangimu, ia menciptakanmu kala tersenyum
Hingga kau begitu indah, tularkan senyuman
Hingga kau begitu cantik, bak bulan yang bercahaya di setiap malam
Dan hingga setiap kelam menjelma hitam
Kau menjadi penerang dengan tawa penuh keanggunan

Tapi, waktu begitu singkat
Sekali lagi kukatakan, tuhan begitu menyayangimu
Hingga Ia mengambilmu, untuk kembali padaNya
Kembali pada tempat terindah, ialah SurgaNya.

Anakku, senyummu selalu abadi
Menjadi kehangatan bak mentari
Kau ajariku ketegaran, kau ajariku keikhlasan
Anakku, doa ibu menyertaimu

Bandung, 17 Mei 2015
Karya Rahma Nur Amalia, dipersembahkan spesial untuk keponakanku Almh. Alvia Nur Raisya

Selamat ulang tahun, semoga Allah selalu memelukmu dengan cahayaNya

Lagu Kesunyian

Awan tersenyum setelah jatuhkan rinai hujan itu
Semesta ceritakan balada cinta yang rapuh
Dan diantara batas-batas senja
Matahari berbicara tentang kesunyian
Sebelum tenggelam lalu berganti malam

Siang jadi abadi, bagi para pekerja keras
Malam jadi alunan nada sendu,
bagi para penyair yang mencoba terbang bebas






Lilin Putih


Oleh: Rahma Nur Amalia

Kini tiada lagi ketulusan
yang membuatku pahami arti kehidupan
selain lilin-lilin putih yang kau nyalakan
dari kelamnya sang mega malam
Setiap lekuk guratan wajahmu
Adalah gambaran ketulusan semesta
Cinta kasihmu setegar suaramu
Bagai pesona pelangi di langit senja
Diamnya dirimu menjadi nasihat untukku
Berbalut peluh, melawan waktu
Tanpa keluh maupun hujan pada matamu
Hanya keharuanlah yang  tampak darimu
                Wahai Ayah dan Ibuku
                Kasih sayangmu mengalir sepanjang waktu
                Sesuci anugerah yang Maha cinta salurkan
Mengukir kisah terindah dan akan selalu menjadi kenangan
.               : Selamat ulang tahun Ayah dan Ibu

Kota Kembang, 10 Mei 2015

Teruntuk Ayah dan Ibu yang berulang tahun di bulan Mei

-Kontributor Antologi Puisi Kado Cinta, Uwais Indie Publisher-

Dermaga di Perantauan

Oleh Rahma Nur Amalia
:Untuk kerinduan pada kampung halaman

Membisu aku kaku
Terengkuh ombak, terkoyak sepi
Oh, Suaraku melemah parau
Air laut biru gambarkan rinduku di sini

Aku menitikkan air, sampai penuh menjelma jadi laut 
Jadi tempat hidup ikan-ikan dan santapan para konglomerat
Debur ombak menerpa diriku sekelebat
Mencuri rindu, menenggelamkan dan hanyut

Rinduku meruah bak lautan
Bak gelombang tak tertahan
Berbaur suara bahtera dari permukaan
Di sini, di balik dermaga perantauan

Pandanganku seperti Mercusuar yang  memancarkan cahaya ke sekeliling
Mataku memandang hamparan biru  di bawah gumpalan putih
Disusul embus angin yang ayunkan dedaun kelapa
Menambah kerinduan yang kubawa

“Aku merindu ibu!”
Ku biarkan angin membawa setiap gelombang yang terlontar
Bersama ucapan, dibawa para nelayan.
: Di Dermaga perantauan aku berjanji untuk kembali

Bandung
31 Maret 2015


Hati yang membiru



Aku menelisik malam, mencari puing ilusi yang memudar.
Langit hitam tapi hatiku terus membiru
Sebutir cinta ku beri padamu, agar kau tanam dan tumbuh.
Inikah cinta?
“Ada hal yang tak terucap tapi harus diperjuangkan” katamu
Aku merindu hujan, bersamanya air itu menyamarkan lelehan air dari sumber mataku
Aku merindu terik, bersamanya aku melihat sorot matamu
Aku merindu kau, bersamamu aku melihat semuannya

Sersan Bajuri-Bandung, 19 Maret 2015

Cinta dalam AsmaNya

Rahma Nur Amalia*)
Allahu akbar ! Allahu akbar ! seruan para pejuang dakwah menggema seiring derap langkah, aku tak percaya ada dibarisan ini. “Rasanya aku masih hidup dalam bayangan masa lalu, apa ini mimpi?”tanyaku pada diri. Doni memecah lamunanku “Apa yang sedang kau lamunkan?” Aku terhentak lalu menggeleng. Aku masih ingat itu, seiring dengan ingatanku ada rasa yang sesak dalam dada.
:) :) :)
Sorot mentari pagi terpancar dari jendela kamar, kamar yang dipenuhi poster-poster band rock sepanjang masa. Hari ini hari ketiga masa orientasi kampus, aku melanjutkan pendidikanku di salah satu universitas keguruan di kota Bandung. Hari ini akan ada penampilan dari klub- klub kampus, aku harap ada klub yang sesuai denganku. “Klub band kampus mungkin?” batinku. Aku terus melaju mengenakan celana jeans hitam, kaos lengan pendek bergambar the Beatles dan jaket kulit. Langkah kakiku membawaku menyusuri gedung Fakultas Bahasa, aku tak memperhatikan orang sekitar, namun…
Mentari tenggelam bersama senja, meringkuk tercuri malam. Aku duduk di serambi rumah kos putra yang tak begitu rapi, bersama Gigi-gitarku aku mendendangkan beberapa lagu ditemani secangkir kopi dan rokok.  Sudah tiga bulan kejadian di koridor fakultas bahasa itu, tetap saja aku tidak pernah bisa tidur dengan nyenyak.
Langkahku melaju melewati koridor itu lagi. Tak ada, tak kutemui ia disana. Lajuku semakin cepat, sambil menggendong Gigi di punggungku. Hari ini rencananya aku ingin mengatakannya pada seseorang yang entah siapa namanya itu.
“jadi, besok kita rapat lagi ya… Oh begitu? Iya silakan…” kudengar suara dari seberang sana, aku memiringkan kepala, itu dia!
Ku beranikan diri duduk di taman itu, di bangku kosong disampingnya. Entah apa yang menggelapkan pikiranku hingga aku seberani ini. Padahal ketika SMA aku benar-benar orang yang dingin dan ahli dalam memainkan perasaan wanita. Aku tersenyum padanya, ia mengernyitkan dahi sambil tersenyum kecil seperti merasa risih ada seorang pria yang duduk disampingnya. Tidak,bukan disampingnya jarak kita sekitar satu meter.
“jreng….” Nada pertama yang dikeluarkan Gigi. Aku membawakan sebuah lagu dari Ari Lasso dengan percaya diri sambil menghadapkan posisku ke arahnya. Ia hanya mematung memandang ke depan sambil memegang sebuah buku.
“kau cantik hari ini… jreng” “ .. dan aku suka” lanjutku
Ya dia melirik, dia tersenyum dan….  pergi?
“hey assalamu’alaikum, aku udah lama nunggu. Jadi pergi ke mentoring kali ini?” Ucapnya sambil menjabat tangan temannya yang berada di belakangku. Ya tuhan ! padahal senyumnya indah sekali, tapi sayangnya bukan untukku, dan sayangnya lagi temannya tak menyebutkan namanya, lalu siapa dia? Tadinya hari ini aku ingin bertanya siapa namanya, atau sekedar berkenalan. Aku mematung lemas, seraya ia berlalu. “Renza,” lamunanku terpecah ketika ada orang yang menepuk bahuku.
“hey, Iqbal” itu Iqbal teman pertamaku di kampus.
“sudah lama nggak ketemu ya, cerita dong sudah hampir tiga bulan kita nggak ketemu pasti ada cerita-cerita kan?” lanjutnya. Pertanyaan Iqbal membuatku mengingatnya, “gue,, eh saya lagi jatuh cinta” Iqbal memandang dengan serius seakan ingin melanjutkan mendengar ceritaku. “cewek yang gimana yang bikin kamu jatuh cinta? Mirip Tamara Blezinsky? Hehe” ia bercanda. “Beda bro, gue liat bidadari surga. Kerudungnya panjang serba tertutup. Gue bingung kenapa bisa suka sama cewek yang gitu, dulu waktu SMA gue sering ngejek yang begituan malah.” Iqbal tersenyum kecil  “Wanita yang baik untuk pria yang baik, dan sebaliknya. Udah ah saya pergi dulu, nanti lanjut lagi yee” Iqbal berlalu begitu saja.
Hari berlalu, entah apa yang terjadi karenanya aku bisa meninggalkan sedikit demi sedikit masa laluku. Kau tahu untuk mengubah sikap ini aku memerlukan waktu  hampir lima semester. Saat iqbal bilang “Cinta dalam diam itu lebih keren bro, kamu cintai tuhanmu dan dia cintai tuhannya tanpa ada yang tahu. Biar Dia yang membolak balikan hati.” Aku tak pernah lagi menatapnya, poster di kamarku kini ku hilangkan, pakaianku pun mulai berubah seiring berjalannya waktu. Aku mulai sering meliput berita atau membuat syair-syair islami, aku pun sudah mulai membuat sebuah buku islam. “karena lelaki nakal sekalipun pasti menginginkan wanita yang baik untuk menjadi ibu bagi setiap anak-anaknya.”
J J J
Allahu akbar ! Allahu akbar ! seruan para pejuang dakwah menggema seiring derap langkah, aku tak percaya ada dibarisan ini. “Rasanya aku masih hidup dalam bayangan masa lalu, apa ini mimpi?”tanyaku pada diri. Doni memecah lamunanku “Apa yang sedang kau lamunkan?” Aku terhentak lalu menggeleng. Aku masih ingat itu, seiring dengan ingatanku ada rasa yang sesak dalam dada. Dia, wanita itu.. sudah lama aku tak melihatnya.
“Cie kepengen kayak gitu ya?” Tanya doni “haha bisa saja, aku masih harus menyelesaikan proposal skripsiku dulu. Kau tahu siapa dia?”
“Oh itu, namanya kak Zahra Amarilia dia jurusan bahasa Arab, dia lebih tua satu tahun dari kita. Sebentar lagi kabarnya dia akan sidang skripsi”
Lalu lelaki disampingnya? “itu suaminya, mas Angga alumni kampus kita juga ko, Masya Allah  mereka pasangan yang cocok.” aku tersenyum, entah apa yang kurasa. Tak banyak aku mengenalnya, mungkin inilah takdir Allah.
Zahra Amarilia, wanita yang kutemui hampir tiga tahun lalu. Wanita yang duduk di koridor Fakultas Bahasa, matanya terpejam, saat itu aku tak tahu apa yang ia lakukan. Tapi aku merasa dia sedang dalam damai. Ada suara kecil dari bibirnya, lantunan ayat Al-Qur’an ya aku baru menyadarinya saat ini.
“kamu kenapa?” tanya Doni. “engga, nggak apa-apa” aku memberikan senyum tulus kepada sahabat seperjuanganku ini, selain Iqbal. Lalu pertanyannya apa aku akan berubah lagi seperti dulu karena kak Zahra menikah dengan orang lain? Jawabannya adalah tidak. Karena cinta sejati itu suci, ia akan hadir pada hati yang selalu menyebut AsmaNya.

 - Kontributor antologi Betapa Indah Teguranmu, Penerbit Pena Indis-

Frea