“Merenungi lagi. Aku terbaring lemah dengan sakit yang terlanjur kau kenalkan padaku. Aku ringkih, sementara kau duduk terdiam di dekat perapian. Kita sama-sama menghitung detik jarum. Mencoba membunuh waktu. Bagi kita dini hari adalah kehidupan. Karena esok pagi kita tak tahu apa yang terjadi. Kini daun meranggas dari pohonnya, musim gugur. Bersamanya aku pun menghitung napas yang tersisa.” -Sastra Anjani
# Penggalan cerpen “Detik”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar